radioterapi
Pendahuluan
Radioterapi atau
terapi radiasi adalah pengobatan dengan menggunakan sinar pengion, yang saat
ini merupakan salah satu jenis terapi penting untuk penyakit kanker disamping
pembedahan dan kemoterapi. Penggunaan sinar pengion dalam bidang pengobatan
ini dimulai tidak lama setelah sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen
pada bulan November 1895, dan penemuan radium oleh Curie tahun 1898. Efek
biologi dan sinar tersebut mulai dikenal saat itu, dan laporan pertama mengenai
kesembuhan penderita dituliskan pada tahun 1899. Sejak masa tersebut terjadi
berbagai perkembangan dalam teknologi peralatan, dan ilmu pengetahuan mengenai
dasar-dasar penggunaan terapi radiasi.
Dengan berjalannya waktu,
perkembangan berbagai ilmu dan teknologi berjalan terus menerus termasuk
berkembangnya ilmu radiobiologi, dan radiofisika, sebagai ilmu dasar dari
terapi radiasi. Hal
ini sejalan dengan tujuan radioterapi untuk mengeradikasi tumor in vivo dengan
memberikan sejumlah dosis radiasi yang diperlukan secara tepat didaerah target
radiasi, tanpa merusak jaringan sehat disekitamya, dengan harapan memperbaiki
kwalitas hidup dan memperpanjang kelangsungan hidup penderita.
PEMBAHASAN
1.1 SEJARAH
PENEMUAN SINAR X
( Gambar 1.1 Wilhelm Conrad
Rontgen )
Wilhelm
Conrad Rontgen seorang
ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Rontgen
pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia
melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari kristal barium
platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera
menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan
gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu
berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru
atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Rontgen
sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Rontgen. Rontgen adalah perintis
Fisikawan Medis pertama, yang sangat gigih bekerja untuk kemanusiaan.
Penemuan
Rontgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata
dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang
sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu
visualisasi hasil penemuan Rontgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang
dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan
istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.
( Gambar 1.2 Gambar radiograf manus istri Wilhelm Conrad
Rontgen )
Rontgen dalam penyelidikan selanjutnya segera
menemukan hampir semua sifat sinar Rontgen, yaitu sifat-sifat fisika dan
kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat
biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Rontgen antara
lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh
lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan
listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya
adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya,
terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Rontgen yang
merupakan benda-benda logam di dalam kotak kayu diantaranya sebuah pisau dan
sebuah kompas.
1.2 PERKEMBANGAN
SINAR X
Berbagai pemeriksaan dengan
menggunakan sinar pengion ini telah
berhasil menguak berbagai jenis penyakit yang saat itu dianggap masih merupakan misteri. Perkembangan selanjutnya membuktikan
bahwa sinar X ini bukan hanya
bermanfaat untuk mendiagnosis penyakit (disebut radiodiagnostik), tetapi juga dapat digunakan
sebagai pengobatan penyakit kanker
(radioterapi, onkologi radiasi).
Seperti
dikatakan di atas, Rontgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar
yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologinya. Sifat
ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bisa menjadi berwarna akibat penyinaran Rontgen.
Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat
digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa
sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama
kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak
pionir pemakai sinar Rontgen yang menjadi korban sinar ini.
Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Rontgen adalah
berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar
perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis
sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis,
bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma
menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.
1.3 SEJARAH
RADIOTERAPI
Sejalan dengan pengembangan diagnostic, mulai juga perkembangan di bidang
terapi, penyinaran suatu nevus tebal (seperti kulit hewan). Naevus pellitus
oleh Freund di Wina, merupakan tindakan pengobatan tumor kulit yang pertama
dengan penyinaran, yang berhasil 1899. Pada tahun 1901 W. C. Rontgen memperoleh
hadiah nobel yang pertama kalinya di bidang fisika, untuk penemuan sinar-x. saat
ini sinar Rontgen tak dapat dipisahkan dari dunia kedokteran, baik dibidang
diagnostik maupun terapi.
Satu
tahun setelah sinar X ditemukan, pada bulan Maret tahun 1896 uranium ditemukan
oleh Bacquerel, namun tidak langsung diketahui kegunaannya. Bacqurrel and Mme
Curie secara bersamaan memperhatikan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh radium
memberikan efek pada kulit. Selanjutnya Pierre Curie juga meneliti efek biologi
radium yang hasilnya dapat menerangkan lebih detail mengenai beberapa fase
epidermitis basah serta proses penyembuhannya. Mimpi Mme Curie terpenuhi dengan
berdirinya Institut du Radium di Paris. Dari institusi ini lahir beberapa
perintis radiobiologi seperti Antoine M. Lacassagne, Octave Monod, Jean L. Roux
Berger, Henri Coutrad, dan lain-lain, yang hasil karyanya berkontribusi besar
dalam mendasari radioterapi modern.
Tidak
seperti sejarah sinar X, penggunaan sinar radioaktif dalam medis relatif lebih
lamban. Sekitar 3 dasawarsa setelah ditemukan, radium yang memancarkan radiasi
gamma baru digunakan untuk terapi kanker. Institusi pusat radium untuk terapi
kanker pertama kali didirikan di Inggris. Karena perintisan metode terapi
radium dilakukan di Perancis, maka terapi demikian tetap disebut terapi Curie.
Sampai dengan tahun 1950an, yaitu sampai sinar X megavolt dapat diproduksi,
radiasi gamma radium juga mengikuti jejak sinar X menjadi primadona yang sangat
berperan dalam terapi kanker. Penggunaan radium dalam terapi kanker memicu
lahirnya bidang Fisika Medis. Pada sekitar tahun 1930an dan 1940an pelopor
Fisika Medis lainnya, seperti Duane, Paterson, Parker, dan Quimby, ikut serta
mengembangkan fisika yang berkaitan dengan penggunaan radium dalam terapi.
Meskipun saat ini radium sudah tidak dipakai lagi untuk brakhiterapi, namun
sudah banyak di antara kita yang mengetahui peran utama radium dalam terapi
kanker di masa silam.
1.4 PERKEMBANGAN
RADIOTERAPI
Dalam bidang radioterapi untuk pengobatan kanker. Sekitar tahun 1951 usaha peningkatan kualitas
radiasi dari sinar X kilovolt menjadi radiasi gamma Co 60 dimulai. Kemudian
dilanjutkan dengan era sinar X megavolt yang dimulai pada tahun 1970 an. Saat
ini di negara maju sinar X megavolt telah menggusur radiasi gamma Co 60.
Dalam bidang radioterapi, selain radioterapi eksternal
dikenal pula brakhiterapi dan radioterapi internal. Keduanya memanfaatkan
radiasi pengion yang diproduksi oleh sumber radioaktif. Brakhiterapi
menggunakan sumber radioaktif tertutup dengan cara implantasi atau dengan
meletakkannya dekat tumor. Peningkatan optimasi terfokus untuk memberikan dosis
radiasi tinggi pada tumor dan dosis rendah pada jaringan tetangga sekitar
tumor. Di lain pihak, radioterapi internal menggunakan sumber radioaktif
terbuka yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui injeksi ataupun secara oral,
melalui proses metabolisme diarahkan pada organ tertentu. Kemajuan brakhiterapi
maupun radioterapi internal seiring dengan peningkatan penemuan berbagai
material radioaktif buatan.
1.5 PENGERTIAN
RADIOTERAPI
Radioterapi atau
disebut juga terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi
radioaktif. Cukup banyak dari penderita kanker yang berobat ke rumah sakit menerima terapi
radiasi. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal, kadang dikombinasikan dengan kemoterapi /
operasi pembedahan.
Terapi radiasi ini
bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Paling tidak untuk
mengurangi ukurannya atau menghilangkan gejala dan gangguan yang menyertainya.
Terkadang malah digunakan untuk pencegahan (profilaktik). Radiasi menghancurkan
material genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi.
Tidak
hanya sel kanker yang hancur oleh radiasi. Sel normal juga. Karena itu dalam
terapi radiasi dokter selalu berusaha menghancurkan sel kanker sebanyak
mungkin, sambil sebisa mungkin menghindari sel sehat di sekitarnya. Tetapi
sekalipun terkena, kebanyakan sel normal dan sehat mampu memulihkan diri dari
efek radiasi. Radiasi bisa digunakan untuk mengobati hampir semua jenis tumor
padat termasuk kanker otak, payudara, leher rahim, tenggorokan, paru-paru,
pankreas, prostat, kulit, dan sebagainya, bahkan juga leukemia dan limfoma.
Cara dan dosisnya tergantung banyak hal, antara lain jenis kanker, lokasinya,
apakah jaringan di sekitarnya rawan rusak, kesehatan umum dan riwayat medis
penderita, apakah penderita menjalani pengobatan lain, dan sebagainya.
1.6 TUJUAN
RADIOTERAPI
Terapi radiasi
dianggap sebagai pengobatan lokal karena hanya sel didalam dan disekitar kanker
yang dituju. Hal ini tidak begitu bermanfaat melawan kanker yang sudah menyebar
karena terapi radiasi umumnya tidak dibuat untuk menjangkau seluruh bagian
tubuh. Radiasi berguna untuk beberapa tujuan, antara lain :
a) Menyembuhkan atau
mengecilkan kanker pada stadium dini.
Radiasi digunakan untuk membuat
kanker mengecil atau hilang sama sekali. Untuk kasus kanker lain, bisa
digunakan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi ( pre-operative therapy )
atau setelah operasi yang tujuannya untuk menjaga agar kanker tidak kambuh (adjuvant
therapy). Terapi ini juga dapat dilakukan bersamaan dengan chemoterapi.
b) Mencegah agar kanker
tidak muncul di area lain.
Apabila suatu jenis kanker
diketahui menyebar ke area tertentu, kemungkinan akan dilakukan treatment untuk
mencegah agar sel tersebut tidak berubah menjadi tumor.
c) Mengobati
gejala-gejala pada kanker stadium lanjut.
Beberapa kanker mungkin telah
menyebar jauh dari perkiraan pengobatan. Tetapi hal ini bukan berarti kanker
tersebut tidak bisa diobati agar pasien merasa lebih baik. Radiasi bisa untuk
membebaskan dari rasa sakit.
1.7 DASAR
DASAR PENGOBATAN RADIASI
a. Pengetahuan
mengenai adanya perbedaan kepekaan antara jaringan yang berbeda berdasarkan
jenis dan asal jaringan kanker, jenis diferensiasi tumor serta kadar oksigen
dalam jaringan. Demikian pula diketahui bahwa pemberian radiasi harus dilakukan
dengan metode fraksinasi, yakni dosis yang diberikan sebanyak 180 – 200 rad
(sekarang menjadi cGy) perkali pemberian yang rata rata diberikan sebanyak 5
kali dalam seminggu dengan jumlah total 25 sampai 30 kali. Ini merupakan dasar
pemberian radiasi konvensional. Pada perkembangan selanjutnya metode pemberian
ini dapat dimodifikasi menjadi 10 kali per minggu dengan dosis perkali lebih
rendah atau tetap. Modifikasi ini disebut
sebagai hiperfraksinasi. Perubahan ini dilakukan setelah diketahui bahwa
sel (sehat maupun kanker) mempunyai daur normal yang terbagi atas fase fase
G1,2,M dan S. Diketahui bahwa sel akan menjadi sensitive terhadap radiasi pada
fase M.
b. Perkembangan
metode radiasi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, baik dari segi
mekanik, elektronik dan terutama komputer. Radiasi eksterna yang tadinya
diberikan dengan lapangan sederhana seperti 1 atau 2 lapangan saat ini
dimungkinkan untuk diberikan lapangan multipel tanpa atau dengan alat bantu,
dalam keadaan statis atau dinamis. Semua ini bertujuan untuk memperoleh hasil
pengobatan yang optimal berupa penghancuran jaringan kanker semaksimal mungkin
dan kerusakan jaringan sehat seminimal mungkin. Dengan demikian akan diperoleh
kesintasan hidup jangka panjang dengan mempertahankan fungsi organ normal.
Pasien akan hidup dengan kwalitas hidup yang tinggi.
c.
Untuk memperoleh hasil ini semua maka
pengobatan radiasi seringkali dikombinasikan antara radiasi eksterna dengan brakhiterapi.
Pemberian brakhiterapi metode afterloading dengan sumber isotop laju dosis
tinggi merupakan perkembangan terkini, yang sekalipun telah dilakukan sejak 25
tahun lalu, yang masih banyak memberi manfaat pada berbagai jenis kanker.
Brakhiterapi dapat dilakukan dengan metode intrakaviter, intraluminal ataupun
dengan cara mengimplantasikan jarum jarum radioaktif ke dalam jaringan tumor
dan jaringan sehat sekitarnya
d.
Sebelum melakukan radiasi definitif pada
pasien maka seluruh data data, baik jenis sinar yang digunakan, daerah target
penyinaran serta anatomi potongan lintang dengan CT scan, daerah organ kritis
yang sepatutnya dihindari dimasukkan ke dalam computerized treatment planning
system (TPS). Keluarannya berupa arah sinar yang dianjurkan dengan jumlah
lapangan radiasi, dosis persentasi serta dosis pada beberapa lokasi
sepertitumor primer serta organ kritis.
e.
Salah satu keluaran dari TPS digunakan untuk
aplikasi pada daerah yang akan diradiasi dengan menggunakan simulator.
Simulator merupakan sarana dengan menggunakan sinar-X yang bertujuan menetapkan
daerah radiasi baik pada tumor primer dan dapat pula pada kelenjar getah bening
setempat. Dengan CT simulator ini maka akan diperolh bukan hanya data data yang
diperlukan untuk menetapkan daerah radiasi sederhana tetapi juga mampu untuk
memberikan distribusi dosis secara merata pada berbagai bentuk tumor yang
ireguler.
f. Perkembangan
pengetahuan mengenai khemoterapi Pemberian khemoterapidigunakan antara lain
untuk memperkecil tumor sedemikian rupa sehingga lapangan radiasi menjadi lebih
kecil yang memberi keuntungan rendahnya efek samping lokal akibat radiasi.
Apabila khemoterapi inidiberikan bersamaan maka diharapkan terjadi efek sinergi
dari metode radiasi dan khemoterapi yang mengakibatkan tumor menjadi lebih peka
terhadap radiasi ketimbang apabila radiasi diberikan secara mandiri.
Khemoterapi ini juga memberikan keuntungan karena kemampuannya mencegah
terjadinya metastasis jauh, karena radiasi sifatnya hanya membunuh jaringan
kanker yang tercakup dalam lapangan radiasi.
1.8 METODE
PEMBERIAN RADIASI PADA RADIOTERAPI
1.8.1
Terapi
berkas eksternal, terapi ini
merupakan metode yang paling umum digunakan pada radioterapi. Terapi ini
biasanya menggunakan modalitas berkas foton atau sinar-x energi tinggi yang
dihasilkan oleh pemercepat partikel linier, sinar gamma yang dihasilkan oleh
unit Co60 atau sinar-x energi yang lebih rendah dengan rentang energi 50-300 kV
juga dapat digunakan. Sebagai tambahan, berkas elektron megavolt dapat juga
digunakan untuk meradiasi tumor-tumor atau kanker yang letaknya di permukaan.
Selain itu partikel bermuatan seperti proton juga sudah dan terus dikembangkan
untuk keperluan radioterapi. Sumber Radiasi Eksterna: radioisotop:60 Co; 137 Cs. Selain itu Terapi berkas eksternal memiliki 3 tingkat energi yaitu :
a. Superficial
X-ray Therapy (SXT) 50-150 kV.
Contohnya
: Tumor kulit.
b. Orthovoltage
X-ray Therapy (DXT) 200-350 kV.
Contohnya
: Tumor struktur di superfisial seperti kel Limfe dan tumor kulit
c. Megavoltage
X-Ray Therapy.
Contohnya
:6-22 MeV (photons) à tumor dgn lokasi lebih dalam
6-22
MeV (electrons) à tumor superfisial seperti kel Saliva, Tiroid
dll .
( Gambar 1.3 metode pemberian radiasi ekternal )
1.8.2
Brakiterapi
yaitu terapi dengan menggunakan bahan radioaktif tertutup yang diletakkan dekat
atau pada tumor untuk memberikan dosis radiasi terlokalisasi sehingga dosis
pada jaringan normal di sekitarnya dapat diminimalisasi, metode ini sangat
terbatas penggunaannya dan sangat tergantung pada letak serta ukuran tumor.
Cara–cara penempatan sumber radiasi dalam
brakhiterapi meliputi :
a.
Implantasi, yakni
dengan menanamkan sumber radiasi ke dalam tumor.
Misalnya pada kanker lidah, kanker tonsil dan lain-lain.
Misalnya pada kanker lidah, kanker tonsil dan lain-lain.
( Gambar 1.4 Implantasi
Ir192 pada kasus Kanker dasar mulut)
b.
Intrakaviter,
yakni dengan menempatkan sumber radiasi di dalam rongga tubuh
seperti pada kanker leher rahim, kanker lubang dubur (rektum), kanker nasofaring, kanker paru dan lain-lain.
seperti pada kanker leher rahim, kanker lubang dubur (rektum), kanker nasofaring, kanker paru dan lain-lain.
(Gambar
1.5 Brachytherapy intra kaviter nasofaring)
c.
Brakhiterapi ditujukan untuk tumor–tumor yang
ada dalam tubuh manusia, mis. untuk carsinoma bronchus dan oesofagus.
d.
Superfisial (dengan mould) Adalah bentuk
brakhiterapi dengan menempatkan sumber radiasi pada mould (biasanya dibuat dari
lilin), kemudian mould yang telah ada sumber radiasinya tersebut diletakkan
pada tumor dipermukaan tubuh manusia (diatas kulit)
e.
Intravaskular Adalah bentuk radiasi mutakhir
dengan memasukkan sumber radiasi kedalam pembuluh darah, banyak digunakan untuk
mencegah terjadinya restenosis setelah bedah angioplastik.
Sumber Brakhiterapi:
226Ra; 60Co; 137Cs; 192Ir; 125I; 133I; 99Sr;
Perkembangan teknologi radioterapi khususnya terapi radiasi ekternal
yang pesat terjadi karena didukung oleh perkembangan di dunia komputerisasi.
Perkembangan tersebut juga seiring dengan perkembangan dalam teknik pencitraan
(radiodiagnostik) seperti computed tomography (CT), kedokteran nuklir (gamma
camera), magnetic resonance imaging (MRI), ultrasonografi (USG), dan computed
radiography. Keseleruhan teknik pencitraan tersebut memberikan peranan penting
dalam penentuan letak maupun ukuran tumor dengan presisi tinggi.
1.9 PENUNJANG
PEMERIKSAAN RADIOTERAPI
1.9.1
Pemeriksaan
konvensional
Tanpa kontras : Paru paru, tulang dan sendi, jaringan lunak
Dengan
kontras : Saluran kemih, saluran cerna, saluran lain
seperti sialografi, duktulografi payudara, fistulografi,
histerosalfingografi.
1.9.2
Pemeriksaan
intervensional
Arteriografi, pemeriksaan pembuluh darah otak, hati,
koroner jantung, pembuluh
balik (varises kaki). Pemeriksaan ini dapat diikuti dengan
tindakan terapi seperti pemasangan
stent untuk mengatasi stenosis pembuluh
darah kecil. Juga dapat digunakan sebagai sarana pemberian khemoterapi
atau materi radioaktif ke dalam lesi ganas dalam hati.
Mielografi, pemeriksaan sumsum tulang belakang (mielografi),
limfografi pemeriksaan saluran
limfatik.
1.9.3
Pemeriksaan
non-invasif (sebagai alternatif atau pelengkap tindakan intervensi)
Computerized
Tomography Scanning (CT Scan)
MRI (Magnetic
Resonance Imaging) bukan sinar pengion
USG
(ultrasonografi) bukan sinar pengion.
1.9.4
Pemeriksaan
dengan radionukleida (kedokteran nuklir)
Bone scanning (pemindaian tulang), ginjal, tiroid
(kelenjar gondok)
PET Scan (Positron Emission Tomography) PET scan
merupakan pemeriksaan pencitraan (imejing) menggunakan radionuklida(radioisotop) yang
diberikan kepada pasien. Radionuklida
ini akandiakumulasi pada jaringan tubuh yang tidak normal. Adanya akumulasi
radionuklida ini akan mengakibatkan
peningkatan kenaikan aktifitas.
radiasi yang
dapat ditangkap dengan alat monitor. Kenaikan aktifitas
radionuklida ini berkaitan
dengan perbedaan aktifitas metabolism dibandingkan dengan jaringan normal sekitarnya. Dalam
keadaan normal radionuklida
ini akan tersebar merata pada seluruh jaringan. Kelainan
fungsional ini menjadi lebih
bermanfaat manakala dapat dilakukan penggabungan
dengan CT scan, sehingga dapat diketahui lokasi anatomis, yang disebut sebagai PET-CT scan.
Kelainan tersering yang dicoba untuk
dideteksi adalah adanya tumor ganas di dalam otak atau
jaringan lain yang sulit untuk
dideteksi dengan metode lain.
Kegunaannya
selain untuk membantu diagnosis juga untuk mengikuti
perkembangan tumor tersebut pada saat
memperoleh terapi misalnya radioterapi
ataupun khemoterapi.
1.10
JENIS KESENSITIFAN SEL TERHADAP RADIASI
a.
Radiosensitif :
Tumor yang
dapat dihancurkan dengan dosis 30-40 Gy dalam 3-4 minggu
1) Lymphoma maligna.
2) Myeloma.
3) Retinoblastoma.
4) Seminoma.
5) Basalioma.
6) Kanker laring T1
b.
Radioresponsif
Kanker yang ukurannya sedang, T2-T3 dan dapat dihancurkan dengan dosis 40 –
66 Gy dalam 3-4 minggu.
c.
Radioresisten
Tumor yang baru bisa
dihancurkan dengan dosis lebih dari 70 Gy. Contoh : Melanoma maligna,
adenokarsinoma, kanker otak, sarkoma jaringan lunak.
Faktor yang
mempengaruhi kesensitifan sel yaitu :
a. Pembelahan sel, semakin banyak sel yang membelah
maka akan semakin sensitif.
b. Oksigenasi, semakin banyak oksigen, maka akan
semakin sensitif.
c. Hipertemia, daerah sel yang suhunya lebih tinggi,
maka akan lebih sensitif.
1.11
ALAT PADA RADIOTERAPI
1.11.1
UNIT TELETERAPI (Co-60)
Telah diketahui bahwa daya penetrasi sinar-X
dalam jaringan amat tergantung dari energi yang dihasilkan oleh tabung. Makin
tinggi perbedaan tegangan antara katoda dan anoda, makin besar pula daya tembus
sinar. Berarti untuk tumor-tumor yang letaknya dalam diperlukan pesawat-pesawat
dengan tegangan yang tinggi. Pada tahun 1913, Coolidge memperkenalkan tabung
sinar-X hampa udara dengan tegangan 200 kV yang pertama. Tabung ini merupakan
dasar dari perkembangan teknik radioterapi selanjutnya. Karena dengan tegangan
tersebut tidak akan didapatkan dosis yang memuaskan untuk tumor-tumor yang
letaknya lebih dalam, maka sesudah perang dunia kedua, lahirlah pesawat
“supervoltage” kemudian disusul dengan periode “megavoltage” yang diperkenalkan
oleh Schulz. Setelah itu ditemukan pula Co-60 (kobalt 60) yang merupakan isotop
buatan yang murah yang dapat menggantikan jarum radium yang mahal harganya.
Pada saat ini Co-60 yang mempunyai energi ekuivalen dengan sinar-X 3 mV,
digunakan baik sebagai radiasi eksternal (teletherapy) maupun radiasi internal
(brachytherapy, yaitu implantasi atau intra-kavitar).
a.
Rangkaian Dasar Pesawat Co-60
Pesawat
Co-60 menggunakan sumber radiasi bahan radioaktif Cobalt 60 yang menghasilkan
sinar gamma. Sinar Gamma adalah istilah untuk radiasi elektromagnetik
energi-tinggi yang diproduksi oleh transisi energi karena percepatan elektron.
Gamma bermuatan 0 (nol) dihasilkan akibat transisi inti nukleon. Sumber (head
source) Co-60 berada pada gantry yang dapat diatur penyudutannya dari 00 –
3600. Sinar gamma memiliki daya tembus yang tinggi dibandingkan partikel alpha
maupun beta. Bahan untuk menahan sinar gamma biasanya diilustrasikan dengan
ketebalan yang dibutuhkan untuk mengurangi intensitas dari sinar gamma. Pesawat
Co-60 memiliki lampu kolimator dan fiber optik yang berfungsi untuk mendapatkan
titik sentral dari luas lapangan penyinaran, mengatur jarak sumber ke obyek
dengan mengubah ketinggian meja.
1.11.2
AKSELERATOR LINEAR (LINAC)
Pesawat
sinar-X pada umumnya memproduksi sinar-X energi berorde kilo elektron Volt
(keV). Untuk mendapatkan sinar-X dengan energi yang sangat tinggi, biasanya
digunakan alat pemercepat partikel atau akselerator. Akselerator adalah alat
yang dipakai untuk mempercepat gerak partikel bermuatan seperti elektron,
proton, inti-inti ringan, dan inti atom lainnya. Mempercepat gerak pertikel
bertujuan agar pertikel tersebut bergerak dengan cepat sehingga memiliki energi
kinetik yang sangat tinggi.
Akselerator
linear (linear accelerator, LINAC) adalah alat terapi radiasi yang eksternal
yang paling umum digunakan untuk pasien yang terkena kanker. Linear accelerator
digunakan untuk mengobati semua lokasi badan yang terkena kanker, menyampaikan
high-energy sinar-x yang sama dosisnya kepada daerah tumor pasien.
Sinar-Rontgen ini dapat menghancurkan sel kanker selagi melingkupi jaringan normal.
1.12
PERSIAPAN RADIOTERAPI
Persiapan radioterapi meliputi pemeriksan
laboratorium lengkap, BNO-IVP, pemeriksaan radiologik, mempersiapkan mental
penderita. Pemeriksaan laboratorium meliputi darah tepi, gula darah, kimia
darah, EKG. Bila ada anemia harus dikoreksi dulu, karena keadaan anoksia akan
mengurangi kepekaan sel-sel kanker terhadap radiasi, infeksi lokal juga harus
diobati dulu dengan antibiotika lokal ataupun sistemik. Pemeriksaan BNO-IVP
diperlukan untuk menetapkan fungsi ginjal dan untuk menentukan apakah ureter
terkena atau tidak. Mental penderita dipersiapkan dengan cara menjelaskan
tentang penyakitnya, cara radiasi (luar atau intrakaviter), efek samping, lama
dirawat di rumah sakit, tentang haid dan hubungan seksual di kemudian hari. Kemudian
pasien dating ke ruang mould, di ruang mould pasien dibuatkan alat-alat pendukung
radioterapi, diantaranya :
a.
Masker fiksasi
b.
Blok individual
c.
Bantal penyangga
Kemudian treatmen planning system, pada ruang
tps ditentuan tentang volume radiasi,
perhitungan dosis, dosis total, dosis teknisasi, kurva distribusi dosis dan
tenik penyinaran.
1.
Perhitungan dosis
a.
Maksimum elekronik build up
b.
Dose rate
c.
Presentasi dept dose
d.
Back seatter factor
e.
Treatment time
2.
Volume radiasi
a. GTV
b. CTV
3.
Dosis total
4.
Fraksinasi dosis
5.
Kurva distribusi dosis
1.13
Fisika radioterapi
Ilmu Fisika telah menciptakan bidang baru yang
sangat bermanfaat bagi dunia kesehatan. Bidang baru tersebut disebut dengan
istilah fisika kesehatan atau Medical Physics. Istilah tersebut memang
jarang terdengar. Namun, kegunaan ilmunya telah dimanfaatkan oleh berjuta orang
yang sangat membutuhkan. Salah satu contohnya adalah radioterapi.
1.13.1 DASAR-DASAR RADIOFISIKA RADIASI
A. Sinar pengion
Sinar pengion adaIah
gelombang elektromagnetik (foton) atau partikel berenergi yang alan menimbulkan proses
ionisasi bila meliwati berbagai materi termasuk materi biologik. Terdapat dari 2 golongan
besar sinar pengion yaitu pertama, gelombang elektromagnetik yang terdiri dari
sinar-X dan gamma. Sinar ini merupakan
gelombang yang
mempunyai energi tanpa mempunyai masa muatan, sehingga mempunyai daya tembus yang dalam. Dan
yang kedua adalah kelompok partikel yang mempunyai masa muatan, misalnya yang bermuatan positif adalah
proton helium. Elektron merupakan partikel
bermuatan negatif, sedangkan neutron merupakan contoh partikel tanpa muatan (netral)
Interaksi photon dengan materi organik akan menyebabkan terjadi perpindahan elektron dari orbit
sekitar inti atom atau molekul yang dilewati. Sehingga atom atau molekul tersebut akan
mempunyai kelebihan muatan positif yang dikenal sebagai ion, dan proses tersebut dikenal sebagai ionisasi
radiasi. Interaksi yang menyebabkan transfer energi tanpa terjadi pelepasan
elektron disebut sebagai proses eksitasi electron sekunder dengan
kandungan energinya tersebut akan menyebabkan proses ionisasi dan eksitasi selanjutnya
hingga energi yang dikandung sudah sangat menurun untuk menyebabkan kedua proses tersebut. Akibat proses tersebut
berbagai molekul dalam sel berubah karena absorbsi energi tersebut
B. Berbagai
sumber sinar pengion
1.
Generator listrik yang menghasilkan sinar-X, elektron,
atau berbagai partikel pengion lainnya.
Berdasarkan besar energi sinar pengion yang dihasilkan, pesawat radiasi
jenisini dibagi dalam :
a)
Jenis ortovolt, yang menghasilkan sinar X dengan energi
50-300 kilo voltage dihasilkan oleh tabung rontgen. Jenis sinar ini dibagi lagi
berdasarkan besarnya energi yang dihubungkan dengan penggunaannya menjadi
kelompok permukaan (superfisial),
medium dalam (deep).
b)
Jenis megavoltage, menghasilkan sinar dengan energi
minimall meg.a-voltage. Sinar ini dapat berupa foton, elektron atau jenis
partikel berat yang dapat dihasilkan oleh akseleratorlinier, betatron siklotion.
2.
Sumber alamiah, yang dihasilkan dan proses peluruhan
radioisotop dan dapat menghasilkan sinar alfa, beta maupun gamma. Radioisotop
yang digunakan adalah 60Cobalt, 137Cessium,1 92Irridium, 255Radon1, 31Iodium,
125Iodium dll. Jenis ini dapat dibagi dalam :
a)
Sumber terbuka, yang akan mengikuti metabolisme tubuh.
Misalnya 131Iodium,Fosfor dan 198Aurum.
b)
Sumber tertutup,
yang dalam penggunaannya akan dikontakkan dengan bagian tubuh penderita, misalnya 60Cobalt,
137Cessium dan 192Irridium.
1.14
Efek Samping
Efek samping terapi radiasi tidak selalu muncul, tetapi ada yang
mengalaminya, menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan kadang cukup parah. Ada
yang merasakan beberapa hari/minggu sejak terapi dimulai (dan menghilang
beberapa waktu setelah radiasi dihentikan), ada juga yang efek sampingnya baru
muncul beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Yang begini biasanya
bersifat kronik/permanen.
Berbeda
dengan kemoterapi yang efeknya mengenai seluruh tubuh, khususnya sel-sel yang
membelah dengan cepat, dan relatif sama dari satu orang ke orang lain, efek
samping radioterapi berbeda-beda tergantung pada area tubuh yang diterapi. Yang
paling umum adalah rasa lemah tak bertenaga, yang biasanya muncul beberapa
minggu setelah radioterapi dimulai. Banyak yang menjadi penyebabnya. Bisa
karena kurang darah, stres, kurang tidur, nyeri, kurang nafsu makan, atau capai
karena setiap hari harus ke rumah sakit. Juga, selama radiasi tubuh membutuhkan
banyak energi untuk memulihkan sel-sel sehat yang rusak. Setelah terapi
dihentikan, efek ini lambat laun menghilang.
a.
Efek samping lain yang umum terjadi adalah perubahan
kulit pada area yang diterapi. Setelah beberapa kali biasanya kulit tampak
merah, gosong, lama-kelamaan mengering dan gatal. Tetapi ada juga yang
sebaliknya: kulit menjadi lembap, basah, dan mengalami iritasi/lecet, terutama
di lipatan-lipatan tubuh.
b.
Radioterapi di daerah kepala dapat mengakibatkan rambut
rontok sebagian atau seluruhnya. Tetapi setelah terapi selesai rambut akan
tumbuh lagi, walau tekstur dan warnanya mungkin sedikit berbeda.
c.
Radiasi di daerah kepala dan leher kadang membuat gigi
mudah keropos..
d.
Radioterapi pada kanker payudara dapat menyebabkan bahu
agak sulit digerakkan . Efek
samping lainnya adalah kulit menjadi sedikit gosong, iritasi, atau bengkak.
Jika Anda baru saja menjalani operasi lumpektomi atau mastektomi, selama
radiasi sebaiknya tidak usah mengenakan BH. Kalau tidak enak, kenakan BH katun
yang lembut tanpa kawat penyangga.
e.
Efek lain yang sering terjadi pada radiasi di daerah dada
adalah sakit saat menelan, batuk, demam, dan sesak napas. Jika batuk berlendir,
bisa jadi warna dan tekstur lendirnya berubah, tidak seperti biasanya
f. Terapi
radiasi pada daerah perut dapat menyebabkan perut mulas, mual, maupun diare.
KESIMPULAN
Radioterapi atau disebut juga terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi
radioaktif. Yang bertujuan untuk mematikan atau menghentikan sel tumor
sebanyak-banyaknya sehingga tidak terjadi metastase dan menjaga kerusakan sel
sehat sedikit-dikitnya, dengan metode
pemberian rradiasi dengan Teleterapi ataupun Brakiterapi, dapat juga dengan
kombinasi Radioterapi dengan ilmu lainnya ( pembedahan dan khemoterapi ).
Sinar
pengion merupakan salah satu dasar-dasar fisika radioterapi yang digunakan
dalam pengobatan radioterapi. Sinar pengion yang digunakan adalah sinar X dan
sinar gamma.
Comments
Post a Comment