contoh makalah uji safelight
Contoh makalah uji safelight
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran merupakan salah satu cara untuk menegakan diagnosa dalam suatu penyakit yang di alami oleh masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan radiodiagnostik yang berkualitas tinggi, maka kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dituntut agar dapat ditingkatkan. Hal ini tidak hanya tergantung pada kualitas sumber daya manusia, tetapi juga pada kualitas fasilitas dan peralatan yang memadai, terutama dalam bidang radiodiagnostik yang merupakan salah satu bidang pelayanan kesehatan yang hasil radiografinya dapat menunjang dalam diagnostik suatu penyakit.
Dalam suatu proses radiografi, processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung yang penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses pemotretan . Hal ini disebabkan karena processing room kita dapat mengubah film dari bayangan laten kedalam bayangan tampak.
Untuk menghasilkan gambaran yang baik, perlengkapan yang ada di kamar gelap pun harus diperhatikan, maka harus di lakukan pengecekan alat-alat yang berada di kamar gelap, antara lain pengecekan lampu pengaman atau safelight.
Di dalam kamar gelap harus sangat aman jangan sampai terjadi adanya kebocoran lampu pengaman atau safelight,sehingga cahaya putih dapat keluar dari lampu pengaman. Filter lampu pengaman yang rusak, pudar ataupun penempatan filter yang tidak tepat pada posisinya. Intensitas penerangan yang terlalu kuat, pemakaian lampu filter yang tidak sesuai dengan sensitivitas spektrum film yang digunakan,semua kesalahan tersebut akan menyababkan timbulnya fog pada film. Tingginya fog pada film akan mengakbatkan hasil gambaran yang tidak baik.
Oleh karena itu perlu dilakukan uji safelight untuk mengatahui apakah safelight itu aman atau tidak bila digunakan dalam prossesing film di kamar gelap.
1.2 rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas makan didapat rumusan masalah diatas adalah “Apakah aman safelight yang digunakan di kamar gelap “
1.3 batasan masalah
Di dalam makalah ini, penulis membatasi permasalahannya hanya pada pengujian safelight Rumah Sakit X.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 tujuan umum
k mengetahui ada tidaknya kebocoran pada safelight kamar gelap Rumah Sakit X.
1.4.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui besar kebocoran lampu safelight kamar gelap Rumah Sakit X.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 manfaat bagi penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah wawasan dan pengatahuan pada pengujian lampu safelight di kamar gelap.
1.5.2 Manfaat bagi institusi
Manfaat penelitian ini bagi institusi adalah untuk menambah pengetahuan maupun referensi pada pengujian lampu safelight di kamar gelap.
1.5.3 manfaat bagi rumah sakit
Diharapkan dengan dilakukannya pengujian lampu safelight di kamar gelap ini akn memberikan informai kepada pihak rumah sakit adapun jika di dapati kebocoran agar dilakukan perbaikan, sehingga meningkatkan mutu pelayanan radiologi.
1.6 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini dibuat berdasarkan urutan-urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dasar teori, membahas pesawat sinar x, kamar gelap, film sinar x, safelight, kerangka konsep dan definisi operasional.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu, alat dan bahan, prosedur penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan, berisi hail penelitian beserta analisis pembahasannya.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan hasil penelitian dan saran.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sinar xSinar x ditemukan seorang fisikawan berkebangsaan jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 18 November 1895 di kota Wurzburg (Jerman Barat ). Sampai saaat ini sinar-X banyak dimanfaatkan dalam bidang kedokteran, bidang industri, kriminologi (deteksi), dan penelitian. Dalam bidang kedokteran, sinar-X digunakan untuk melihat bagian dalam tubuh seseorang, khususnya untuk melihat kondisi tulang-tulang dalam tubuh.
Sifat-sifat sinar X :
1. Daya tembus
Sinar X dapat menembus bahan dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiograf. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besr daya tembus sinarnya.
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran kesegala jurussan, menimbulkan radiasi sekunder {radiasi hambur) padabahan/zat yang dilaluinya.
3. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar penyerapannya.
4. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
a. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
b., Fosforisensi pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).
5. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
6. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
a. Efek radiasi
Radioterapi dengan sinar x, sinar gamma, dan partikel isotop radioaktif pada hakikatnya tergantung daripada energi yang diabsorpsi baik secara efek fotolistrik maupun efek kompton yang menimbulkan ionisasi pada jaringan. Akibat dari ionisasi terjadi kerusakan pada jaringan yang disebut efek biologis. Efek biologis terbagi menjadi dua yaitu efek somatic dan efek genetis.
b. Efek somatis
Efek yang ditimbulkan oleh radiasi pengion terutama terlihat kelainan pada tubuh, yaitu:
Terhadap kulit: Dermatitis akut, dermatitis khronika, dan late effect dari dermatitis akuta.
Terhadap mata: menimbulkan konjungtivitis dan keratitis. Lensa mata sangat sensitive, sehingga pada penyinaran 400-500 rad akan menimbulkan katarak.
Terhadap alat kelamin: dosis 600 rad menimbulkan sterilitas.dosis rendah dapat menimbulkan mutasi gen dan kelainan pada keturunan. Pada wanita hamil akan akan terjadi kelainan foetus atau menimbulkan anomali/kelainan.
Terhadap paru-paru: menimbulkan batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan fibrosis paru-paru.
Terhadap tulang: manimbulkan gangguan pertumbuhan tulang dan osteoporosis.
Terhadap saraf: myelitis den degenerasi jaringan otak.
c. Efek genetis
Terjadi mutasi gen diperkirakan pada dosis 25-100 rem.
Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Bukun Kedokteran EGC. 1995.
2.1 Pesawat sinar x
Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, kolimator, dan tiang penyanggah tabung.
2.1.1 Jenis Pesawat Sinar x
Pesawat Sinar-X Dapat Dijinjing/Portabel (Portable);
Pesawat Sinar-X Mudah Dipindahkan (Mobile); dan
Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap (Stationery).
2.1.2 Bagian Pesawat Sinar X
a. Tabung sinar X
Tabung sinar X terdiri dari
• Tube housing
• Inserttube
• Strator
•Minyak travo
• Pengaman
•Meja kontrol
Berisi rangkaian-rangkaian untuk mengontrol proses operasional pesawat sinar X. Pada umumnya terdapat :
•Line compensator
•Autotransformator
•mA control
•kV selector
•timer
•Pembangkit Tegangan Tinggi
•Kondensator tegangan tinggi
•Rangkaian penyearah tegangan tinggi
•Relay
•Minyak Trafo
http://endraaditama.blogspot.com/
2.2 Terjadinya sinar x
Tabung sinar-x merupakan sebuah tabung yang terbuat dari bahan gelas yang hampa udara. Di dalam tabung sinar-x ini terdapat 2 (dua) dioda yaitu anoda dan katoda dengan katoda yang bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif. Saat filament yang berada di katoda di panaskan, filament ini akan mengeluarkan electron. Semakin lama di panaskan, electron yang keluar dari filament akan semakin banyak sehingga terjadilah apa yang disebut dengan awan electron.
Kemudian antar katoda dan anoda diberi beda potensial yang sangat tinggi, minimal 40 kV, sehingga electron yang berada di katoda akan bergerak dengan sangat cepat menuju anoda. Electron yang bergerak menuju ke anoda dengan sangat cepat ini, akan menumbuk bagian kecil dari anoda yang disebut dengan target. Dan terjadilah 99% panas dan 1% sinar-x. (Rahman, 2009).
2.3 Terjadinya Gambaran
2.3.1 Pembentukan bayangan laten
Butir-butir perak bromida (AgBr) di dalam emulsi terdiri dari ion-ion Bromida negatif (Br-) dalam susunan geometri yang disebut cristal lattice. Apabila butir AgBr terkena cahaya tampak atau sinar-x maka beberapa ion bromida dalam cristal melepaskan electron. Electron-electron ini nantinya akan di tangkap oleh sebuah bagian dari film yang disebut sensitivity speck yang berada di dalam cristal.
Dengan adanya penangkapan electron-electron tersebut maka sensitivity speck menjadi bermuatan negatif. Ion-ion perak positif yang bebas dapat ditarik oleh electron yang terdapat pada sensitivity speck sehingga terjadilah netralisasi ion perak oleh electron-electron tersebut. Kejadian tersebut berulang-ulang dengan cepat dan tertimbunlah banyak atom perak pada sensitivity speck yang merupakan bagian daari bayangan laten (Rahman, 2009).
2.4 Kaset
Kaset yaitu kotak gempeng untuk mentransportasikan film dari kamar gelap ke kamar pemeriksaan. Untuk melindungi film x-ray yang telah maupun belum di ekspose diperlukan suatu alat yang disebut kaset. Kaset, dalam panggunaannya selalu bersama dengan intensyfing screen yang terletak di depan dan dibelakang film. Kaset memili berbagai fungsi, diantaranya adalah: melindungi intensyfing screen dari kerusakan akibat tekanan mekanik, menjaga intensyfing screen dari kotoran dan debu. Selain itu kaset juga berfungsi menjaga agar film dapat dengan rapat menempel pada kedua intensyfing screen yang terletak di depan dan belakang kaset tersebut secara sempurna serta membatasi radiasi hambur balik dari belakang kaset.
Kaset memilki berbagai macam ukuran. Diantaranya adalah berukuran : (18 X 24) cm, (24 X 30) cm, (30 X 40) cm, (35 X 35) cm dan (35 X 43) cm. Penggunaan berbagai macam kaset ini ditentukan oleh objek yang akan di periksa.sebagai contoh adalah pemeriksaan pada manus. Karena objeknya kecil maka untuk effisiensinya menggunakan kaset yang berukuran (18 X 24) cm.
Adapun ciri-ciri konstruksi kaset yang ideal menurut standar yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. kuat dan tahan untuk pemakaian sehari-hari.
2. Ringansehingga memudahkan penyimpanan dan pada kondisi penerangan yang cukup, 3. mudah di buka dan di tutup.
4. memiliki tepi atau sudut yang tidak tajam sehingga tidak melukai pasien maupun pekerja.
5. Bagian depan kaset tidak mempengaruhi kualitas radiograf yang dihasilkan. Bagian belakang dilapisi oleh lapisan besi atau Pb. Sehingga dapat mengurangi radiasi hambur balik yang berasal dari kaset bagian belakang.
Fungsi kaset
1. Melindungi film dari pengaruh cahaya
2. Melindungi IS dari tekanan-tekanan mekanis
3. Menjaga agar kontak antara film dengan screen tetap rata
Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsimya mau tidak mau akan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh sebab itu kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang dihasilkan.
http://ardhysmart.blogspot.com/2012/05/kaset-radiologi_13.html
2.5 Film sinar X
Film sinar x adalah film yang susunannya dimulai dari base film (dasar film) yang merupakan bagian yang sangat penting. Kemudian Subratum (lapisan perekat) sebagai perekat emulsi ke alas film. Lapisan selanjutnya adalah emulsi yang dioleskan di atas perekat dan lapisan terakhir dari film adalah supercoat yang digunakan sebagai pelindung emulsi film.
Adapun jenis-jenis film sinar x terbagi atas:
2.5.1 JENIS film MENURUT LAPISANNYA
Film sinar x tersusun atas:
a. Base (dasar film)
b. Subratum (perekat film)
c.Emulsi
d. Supercoat (pelindung film
Adapun Jenis film sinar x menurut lapisannya dibagi menjadi 2 yaitu:
•Single Side
Single side adalah film sinar x dengan satu lapisan emulsi dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan hanya pada satu sisi dasar film (base) saja.
•Double Side
Double side adalah film sinar x dengan dua lapisan emulsi, dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan pada kedua sisi dari dasar film (base).
2.5.2JENIS FILM SINAR-X MENURUT SENSIFITASNYA.
1.Green Sensitive
Green sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya hijau. Green sensitive ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga harganya pun relatif mahal. Dampak lain dari penggunaan green screen adalah pengurangan pemakaian faktor exposi, sehingga selain rendahnya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube menurun sehingga automatis akan memperpanjang masa hidup / usia dari X-ray tube. Green sensitive biasanya digunakan dalam mammografi.
2.Blue sensitive
Blue sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya biru. Blue sensitive ini mempunyai kualitas yang kurang bagus sehingga harganya pun relatif lebih murah. Dampak lain dari penggunaan blue sensitive adalah bertambahnya pemakaian faktor exposi, sehingga selain tingginya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube meningkat sehingga automatis akan memperpendek masa hidup / usia dari X-ray tube.
2.5.3 JENIS FILM SINAR-X MENURUT BUTIR EMULSI.
Emulsi merupakan bahan film sinar-x yang rentan terhadap cahaya, yang bila terkena cahaya / x-ray akan berubah dan membentuk warna hitam.
Adapun jenis film sinar x menurut butir emulsi dibagi menjadi 3 yaitu:
1.Butir emulsi ukuran besar
Pada butir emulsi ukuran besar bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran besar.
Dengan ukuran butir perak halida yang besar, maka jarak antara butir perak halida yang satu dengan yang lain lebih renggang. Hal ini mengakibatkan emulsi mendapatkan sedikit cahaya karena cahaya lebih banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang rendah tapi kecepatannya cepat karena emulsi mendapatkan sedikit cahaya.
2.Butir emulsi ukuran sedang
Pada butir emulsi ukuran sedang bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran sedang.
3. Butir emulsi ukuran kecil
Pada butir emulsi ukuran kecil bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran kecil.
Dengan ukuran butir yang kecil mengakibatkan jarak / celah antara butir perak halida agak rapat. Sinar x / cahaya akan lebih banyak mengenai butiran perak halida dan sedikit sinar yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang tinggi tapi kecepatannya lambat karena emulsi mendapatkan banyak cahaya.
http://siavent.blogspot.com/2010/03/jenis-film-sinar-x.html
2.6 Kamar gelap
Kamar Gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film sebelum dan sesudah di expose ( dari bayangan laten menjadi bayangan tetap ).
Fungsi processing room,antara lain :
Mengisi/mengosongkan kaset
Memasukkan film kedalam processing automatic
Perawatan dan pemeliharaan processing automatis
Penyimpanan film yang belum di expose
Prosedur duplikasi atau substraksi
Silver recovery
2.6.1 Desain dan Kontruksi Processing Room atau Kamar Gelap
1. Lokasi
a. Mudah diakses jika dibutuhkan
.b. Terlindungi dari sinar langsung tau sinar hambur
c. Bersebelahan dengan ruang pemeriksaan dan dihubungkan dengan kaset heatch
2. InteriorProcessing Room atau Kamar Gelap
a. Bagianbasah ( wet side ) , contoh : tangki prosessing
b. Bagian kering ( dry side ) , contoh : meja,film box, dll .
3. Ukuran Processing Room atau Kamar Gelap
a. Automatic prosessing : Sebaiknya bujur sangkar ; Luas : 7 m2, Tinggi : 3 m
b. Manual prosessing : Sebaiknya memanjang ; Luas : 10 m2, Tinggi : 3 m
4. Spesifikasi Ruangan dan Kondisi Processing Room atau Kamar Gelap
a. Lantai
•Tidak mudah rapuh dan keropos serta tahan terhadap cairan prosessing
•Tidak licin dan mudah dibersihkan
•Dapat menyerap cairan kimia
•Berwarna cerah
•Bahan
√Bitumen ( turunan aspal )
√Keramik, porselin
b. Dinding
•Harus terjamin proteksi radiasi
•Warna cerah : seperti , merah jambu , kream dll
•Mudah dibersihkan
•Dari bahan water proof / Porselin
•Tahan terhadap korosi
•Syarat ketebalan :
√Barium plaster 25cm campuran Ba2SO4 dengan semen
√Batu bata yang ekuivalen dengan 2 mm Pb tebalnya 25cm disusun miring
√Kombinasi antara batu bata dengan ½ bata yang dilapisi Barium plester setebal 1 ½ cm
√Dari beton yang tebalnya 15 cm
√Balok dengan batang carbon : 25 cm
√Papan biasa dilapisi dengan 2mm Pb
c.Langit-langit
•Tinggi kurang lebih 2,7-3 m
•Bahan cat yang tidak mudah terkelupas / cat minyak
d.Ventilasi
•Berfungsi sebagai pertukaran udara dalam kamar gelap . Dan menjaga kestabilan dari cairan –cairan prosesing .
• Diatur agar udara berotasi 6-10 kali/jam
•Suhu dalam ruangan180-220C
•Kelembaban 40 % - 60 %
•Ventilasi dibuat diatas loteng dengan bentuk cerobong asap atau bisa menggunakan AC, kipas angin dll .
e.Penerangan dalam Processing Room
•Penerangan Umum / General illumination :
√Lampu pijar
√ Lampu neon
•Penerangan Khusus / Special Illumination :
Penerangan secara khusus ini menggunakan lampu pengaman safelight yang umumnya berwarna merah. Warna merah digunakan karena warna merah mempunyai panjang gelombang yang sangat panjang yang berarti mempunyai daya tembus yang sangat kecil, sehingga warna merah aman digunakan sebagai penerangan saat prossesing film sedang dilakukan.
Keamanan sebuah cahaya tergantung pada :
√Jarak antara film dan cahaya
√Kekuatan lampu yang digunakan
√Sensitifitas film terhadap cahaya
√Lamanya film terekspose oleh cahaya
F.Jenis-jenis safelight
•Type langsung : Cahaya saft light langsung mengenai area bekerja.
Ditempatkan min 1,2 m dari permukaan tempat bekerja, merupakan type paling baik untuk loading dan unloading cassette .
•Type tidak langsung : Merupakan penerangan umum . Safe light diarahkan ke eternity sehingga yang digunakan adalah cahaya refleksi . Ditempatkan 2,1 m dari lantai .
g.Visingbox : untuk mengecek hasil film processing
h. Lampu indikator: yang dipasang didepan pintu kamar gelap.
5. Sarana dan prasarana yang harus terdapat pada kamar gelap
a.Meja kering : rak kaset, film hopper dan aksesoris lainnya .
b.Meja basah : tangki processing
c.Label printer ( pencetak indentifikasi pasien )
d. CassetteHatch , alat bantu transport kaset yang dipasang pada pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan
e. Film Hopper , tempat penyimpanan film yang belum terkena exspose
f. Cupboard, tempat penyimpanan film dalam jumlah kecil untuk mengganti apabila persediaan film pada hopper habis, letaknya didalam loading bench
g.Penerangan
h. Hanger film
i.Tower dispenser untuk mengeringkan tangan
j.Termometer
K.Timer
l.Manual processing atau Automatic procesing
http/: ilmuradiologi.blogspot.com/2011_09_01_archive.html
2.7 Kualitas Gambaran
Sebuah Radiograf di haruskan bisa memberikan informasi yang jelas dalam upaya menegakan sebuah diagnosa.
Untuk memenuhi kualitas gambar radiografi yang tinggi maka sebuah radiograf harus memenuhi beberapa aspek yang akan dinilai pada sebuah radiograf yaitu :
1. Densitas
Densitas adalah derajat kehitaman pada film. Hasil dari eksposi film setelah diproses menghasilkan efek penghitaman karena sesuai dengan sifat emulsi film yang akan menghitam apabila di eksposi. Derajat kehitaman ini tergantung pada tingkat eksposi yang diterima baik itu kV maupun mAs.
2. Kontras
Kontras adalah perbedaan densitas pada area yang berdekatan dalam radiograf. Semakin besar nilai kontras, maka gambaran akan semakin jelas terlihat.
3. Ketajaman
Jika kontras didefinisikan sebagai perbedaan densitas, maka ketajaman memperlihatkan bagaimana perubahan densitas antara daerah yang berdekatan. Batas antara dua area yang muncul bisa sangat tajam, hal ini dikarenakan terdapat perubahan drastis nilai densitas pada batas tersebut. Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai kontras, maka semakin tajam gambar yang dihasilkan.
4.Detail
Detail adalah kemampuan untuk memperlihatkan struktur yang sangat kecil pada sebuah film. Pada sebuah pemeriksaan radiografi, ada bagian dari gambaran tersebut yang memiliki struktur yang sangat kecil namun sangat penting dalam menegakan diagnosa. (Rahman, 2009).
2.8 Kesalahan pada Pengolahan Film
Jenis-jenis kesalahan pengolahan film
1. Age fog
Age fog dihasilkan dari film yang mempunyai usia yang melebiha waktu kadarluasa. Film yang digunakan setelah melewati expire date akan menyebabkan film bertambah densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin masuk kedalam tempat menyimpanan film dan suhu tempat penyimpanan film.
2. Lightfog
Light fog adalah fog yang terjadi karena adanya ekposi oleh cahaya yang berasal dari safelight.
Penyebab Ligt fog :
a.Kesalahan warna safelight.
b. Warna saflight yang digunakan harus berwarna merah. Warna merah adalah warna yang c. panjang gelombng paling panjang diantara seluruh spektrum warna yang ada. Jika warna saflight bukan warna merah maka berakibat film mengalami peningkatan densitas dan akhirnya film mengalami fog.
d.Filter bocor
Filter harus dijaga supaya jangan da bagian yang mengelupas dtau belubang, agar cahaya dari lampu yang digunakan tidak mengenai film secara langsung. Jika ini terjadi maka akan mengakibatkan film mengalami light fog.
e.Film yang terlalu lama terkena cahaya saflight.
f.Cahaya saflight yang mengenai film dalam waktu yang lama dan frekuensi yang sering,akan mampu menambah densitas dan menyebabkan light fog pada film.
3. Radiation fog
Radiation fog adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi.
4. Oksigen fog
Oksigen fog adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan osigen diudara bebas.
5. Chemical fog
Chemical fog adalah fog yang dihasilkan kerena faktor kimia yang berada dalam cairan defeloper saat melakukan pengolahan film.
6. Back scatter fog
Back scatter fog adalah fog yang dihasilkan oleh radiasi hambur.
Dechroic fog
7. Dechroic fog adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari depeloper dengan fixer pada film.
8. Artefac
Artefac adalah kesalah pada film yang membentuk bayangan putih pada film setelah film diproses.
9. Yellow patch
Yellow patch adalah bercak-bercak kuning pada film setelah film dikeringkan.
10. Film terbakar
Film yang sedah terexposi oleh cahaya tampak.
2.9 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini dapat di gambarkan pada skema berikut :
2.10 Definisi Operasional
2.10.1 Input
Pesawat Rontgen adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi.
1. Kaset adalah suatu kotak tahan cahaya yang berisi dua buah intensifyng sceen yang memungkinkan untuk dimasukan film rontgen diantara keduanya dengann mudah.
2. Film adalah pencatat bayangan radiografi yang peka terhadap sinar x dan cahayanya.
3. Karton adalah media yang digunakan untuk pengujian
4. Lempengantimbal (Pb) adalah bahan yang dapat menyarap radiasi.
5. Prossesing Otomatis adalah alat yang digunakan untuk mencuci film secara otomatis
6. Densitometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung densitas sebuah film radiografi
7. Stopwatch adalah alat untuk menghitung waktu
8. Lightcase adalah alat untuk mengecek film rontgen
2.10.2 Proses
Suatu kegiatan yang melaksanakan pengujian safelight di kamar gelap dan pengukuran densitas pada film.
2.10.3 Output
Menganalisa hasil pengujian safelight dan pengukuran densitas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode yang dipakai dalam eksperimen ini adalah dengan menggunakan metode karton untuk mengetahui apakah safelight yang digunakan sebagai penerangan khusus di kamar gelap itu aman ataukah tidak. Selain itu untuk menentukan waktu maksimal penanganan film yang aman di bawah paparan safeligth tanpa menimbulkan fog berlebih sehingga tidak mengurangi kualitas gambaran radiograf di Rumah Sakit X.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitiian ini dilakukan pada tanggal --/--/---- di instalasi radiologi Rumah Sakit X.
3.3 cara pengumpulan data
Dalam rangkaian menunjang makalah ini, penulis mendapatkan data dengan menggunakan 2 (dua) macam metode, yaitu :
3.3.1 Study Kepustakaan
Adalah metode dimana penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan membaca dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan kasus ini.
3.3.2Study Observasi
Adalah metode dimana penulis melakukan pengujian safelight dengan mengggunakan metode karton
3.4 langkah observasi
3.4.1 Alat dan Bahan
Untuk melakukan penelitian ini adapun alat dan bahan yang harus dipersiapkan, yaitu :
1. Pesawat Rontgen.
Merek : -
Type : -
Jenis : FIX UNIT (Terpasang Tetap).
Kapasitas Maksimum : 500 mA.
Tube : -
Serial Tube : -
2. Kaset dan film.
Ukuran Kaset dan Film : 24 x 30 cm.
Merek Film : -
Jenis Film : Green Sensitif dan Double Emulsi.
3. Satu set media pengujian karton
4. Lempengan timbal (Pb).
Ketebalan : 0.5 mm
5. Prossesing Otomatis
Merek : -
Buatan : -
Waktu Proses : 02 Menit.
6. Densitometer.
7. Stopwatch.
8. Light case.
3.5 Prosedur kerja Peneliltian
Prosedur kerja penelitian ini menggunakan metode karton. Dengan cara pengujian sebagai berikut :
1. Menyiapkan karton yang digunakan untuk tempat film yang dibentuk seperti gambar diatas. Kedua sisi karton dilipat sehingga kedua tepi film tertutup lipatan karton untuk melindungi tepi film agar tidak terkena paparan safelight. Durasi waktu yang digunakan adalah 60 s, 50 s, 40 s, 30 s, 20 s, dan 10 s.
2. Mematikan safelight pada kamar gelap, kemudian melakukan pengisian kaset ukuran 24 cm x 30 cm dengan film radiografi dalam keadaan gelap total. Setelah itu kaset dibawa ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan eksposi dengan sinar-x.
3. Menutup setengah kaset (daerah C dan D) secara melebar menggunakan selembar timbal (Pb). Sehingga setengah daerah yang tidak tertutup timbal (daerah A dan B) diharapkan terkena eksposi sinar-x, sedangkan bagian yang tertutup timbal (daerah C dan D) tidak terkena ekposi sinar-x. Memberikan eksposi dengan fakfor eksposi yang menghasilkan densitas antara 0.5 sampai 1.0. Faktor eksposi yang digunakan adalah kV : 42, mA : 100, s : 0.02 dan FFD 100 cm
4. Meletakan karton yang telah terisi film tersebut pada meja kerja kamar gelap dengan tetap tertutup oleh karton penutup. Kemudian safelight dinyalakan sesuai petunjuk pengujian.
5. Menarik karton penutup ke bawah pada batas daerah pertama untuk menyinari bagian film yang terbuka selama 60 detik.
6. Setelah itu menarik karton penutup ke batas daerah kedua untuk menyinari kembali bagian film yang terbuka selama 50 detik.
7. Melanjutkan langkah tersebut sampai semua daerah tersinari sesuai dengan waktu yang tertera pada penutup samping karton.
8. Sehingga lama film terkena paparan safelight adalah sebagai berikut:
Daerah I : 60 + 50 + 40 + 30 + 20 + 10 = 210 detik.
Daerah II : 50 + 40 + 30 + 20 + 10 = 150 detik.
Daerah III : 40 + 30 + 20 + 10 = 100 detik.
Daerah IV : 30 + 20 + 10 = 60 detik.
Daerah V : 20 + 10 = 30 detik.
Daerah VI : 10 = 10 detik
9. terkenaSetelah semuanya sinar, menutup kembali karton dengan karton penutup dan lampu safelight dimatikan.
10. Kemudian melakukan pemrosesan film dalam keadaan gelap total menggunakan automatic processing.
3.6 Variabel Penelitian
Untuk menjawab permasalan dalam makalah ini, maka penulis melakukan penelitian dengan melakukan pengukuran densitas dengan menggunakan densitometer.
3.7 Variabel tetap
Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa tabel hasil pengukuran densitas yang memiliki batas toleransi film unexposed adalah selisih nilai densitas daerah C dan daerah D kurang dari atau sama dengan 0.05 (DC – DD ≤ 0.05). Sedangkan batas toleransi filmexposed adalah selisih nilai densitas daerah B dan A kurang dari atau sama dengan 0.05 (DB – DA ≤ 0.05). Apabila dari hasil pengujian terdapat nilai selisih densitas yang melebihi nilai batas toleransi, maka dapat dinyatakan terdapat fog pada radiograf.
Dari penghitungan selisih densitas unexposed ataupunexposed dapat diketahui pula waktu yang aman untuk penanganan film di bawah paparan safelight. Untuk menentukan waktu aman penanganan film exposed,caranya yaitu dengan melihat nilai densitas pada daerah A, kemudian melihat nilai densitas di daerah B dan mencari nilai densitas pertama yang melebihi nilai 0.05 dari densitas daerah A. Jumlah waktu paparan safelight pada daerah itulah yang menunjukan waktu maksimum yang aman untuk penanganan film exposed.
Untuk menentukan waktu aman penanganan filmunexposed di bawah paparan safelight, caranya hampir sama seperti cara menentukan waktu aman penenganan film exposed yaitu dengan melihat nilai densitas pada daerah D, kemudian melihat nilai densitas di daerah C dan mencari nilai densitas pertama yang melebihi 0.05 dari nilai densitas daerah D. Melihat jumlah waktu paparansafelight di daerah tersebut sebagai waktu maksimum yang aman untuk penanganan film unexposed.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kebocoran pada safe light dikamar gelap.
4.2 Alat dan Bahan
Untuk melakukan penelitian ini adapun alat dan bahan yang harus dipersiapkan, yaitu :
1. Pesawat Rontgen.
Merek : .
Type : Jenis : FIX UNIT (Terpasang Tetap).
Kapasitas Maksimum : 500 mA.
Tube : .
Serial Tube : .
2. Kaset dan film.
Ukuran Kaset dan Film : 24 x 30 cm.
Merek Film : .
Jenis Film : Green Sensitif dan Double Emulsi.
3. Satu set media pengujian karton
4. Lempengan timbal (Pb).
Ketebalan : 0.5 mm
5. Prossesing Otomatis
Merek : .
Buatan : .
Waktu Proses : 02 Menit.
6. Densitometer
Merek :
7. Stopwatch.
8. Light case.
9. Alat tulis.
4.3 Prosedur kerja Peneliltian
1. Menyiapkan karton yang digunakan untuk tempat film yang dibentuk seperti gambar diatas. Kedua sisi karton dilipat sehingga kedua tepi film tertutup lipatan karton untuk melindungi tepi film agar tidak terkena paparan safelight. Durasi waktu yang digunakan adalah 60 s, 50 s, 40 s, 30 s, 20 s, dan 10 s.
2. Mematikan safelight pada kamar gelap, kemudian melakukan pengisian kaset ukuran 24 cm x 30 cm dengan film radiografi dalam keadaan gelap total. Setelah itu kaset dibawa ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan eksposi dengan sinar-x.
3. Menutup setengah kaset (daerah C dan D) secara melebar menggunakan selembar timbal (Pb). Sehingga setengah daerah yang tidak tertutup timbal (daerah A dan B) diharapkan terkena eksposi sinar-x, sedangkan bagian yang tertutup timbal (daerah C dan D) tidak terkena ekposi sinar-x. Memberikan eksposi dengan fakfor eksposi yang menghasilkan densitas antara 0.5 sampai 1.0. Faktor eksposi yang digunakan adalah kV : 42, mA : 100, s : 0.02 dan FFD 100 cm
4. Meletakan karton yang telah terisi film tersebut pada meja kerja kamar gelap dengan tetap tertutup oleh karton penutup. Kemudian safelight dinyalakan sesuai petunjuk pengujian.
5. Menarik karton penutup ke bawah pada batas daerah pertama untuk menyinari bagian film yang terbuka selama 60 detik.
6. Setelah itu menarik karton penutup ke batas daerah kedua untuk menyinari kembali bagian film yang terbuka selama 50 detik.
7. Melanjutkan langkah tersebut sampai semua daerah tersinari sesuai dengan waktu yang tertera pada penutup samping karton.
8. Sehingga lama film terkena paparan safelight adalah sebagai berikut:
Daerah I : 60 + 50 + 40 + 30 + 20 + 10 = 210 detik.
Daerah II : 50 + 40 + 30 + 20 + 10 = 150 detik.
Daerah III : 40 + 30 + 20 + 10 = 100 detik.
Daerah IV : 30 + 20 + 10 = 60 detik.
Daerah V : 20 + 10 = 30 detik.
Daerah VI : 10 = 10 detik
9. Setelah semuanya terkena sinar, menutup kembali karton dengan karton penutup dan lampu safelight dimatikan.
10. Kemudian melakukan pemrosesan film dalam keadaan gelap total menggunakan automatic processing.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hasil gambaran uji safelight
4.3.1.1 Pengukuran Densitas
Setelah pengujian safelight yang dilakukan di kamar gelap dan telah di proses di prossesing otomatis maka film diukur densitasnya menggunakan densitometer.
Tabel hasil pengukuran densitas
Ket :
A : daerah yang terkena ekspose sinar x, tetapi tidak mendapat penyinaran lampu pengamanan.
B : daerah terkena ekspose sinar x, dan mendapatkan penyinaran lampu pengaman.
C : daerah yang terkena ekspose sinar x, tetapi mendapatkan penyinaran lampu penngaman.
D : daerah yang tidak terkena ekspose sinar x, dan tidak mendapatkan penyinaran lampu pengaman.
Tabel di atas merupakan hasil pengukuran film menggunakan densitometer dengan mengukur 3 titik di masing-masing tempat kemudian di rata-ratakan dengan di bagi 3.
4.3.1.1 Pembahasan
Pada pengujian safelight ini di unit radiologi Rumah Sakit X nilai densitas film unexposed melebihi batas toleransi karena dari hasil data yang di peroleh film unexposed atau nilai densitas daerah C dan daerah D adalah DC – DD = 0.59 , maka dari hasil tersebut dapat dinyatakan terdapat fog pada bagian unekspose.
Sedangkan pada bagian film exposed atau daerah B dan A melebihi batas toleransi karena DB – DA = 2.21 , maka dari hassil tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat fog pada bagian exposed.
Dari penelitian ini nilai densitas film expose yang melebihi nilai 0.05 pada daerah A yaitu pada waktu 10 detik. Nilai densitas film unekspose yang melebihi nilai 0.05 pada daerah D adalah 10 detik.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari pengujian safelight dan pengukuran densitas film expose melebihi batas toleransi 0.59 dari 0.05.
2. Dari pengujian safelight dan pengukuran densitas film unexpose tidak melebihi batas toleransi 2.21 dari 0.05.
3. Dari pengujian safelight dan pengukuran densitas untuk film expose batas waktu aman selama 10 detik
4. Dari pengujian safelight dan pengukuran densitas untuk film unexpose batas waktu aman selama 10 detik
Comments
Post a Comment